Hari ini adalah hari pertamaku tinggal kembali di rumah kedua orangtuaku
setelah memutuskan untuk bercerai dengan mantan suamiku setahun yang lalu.
Namun, hari yang seharusnya menjadi waktu untuk menenangkan diri dari segala
masalah yang akhir-akhir ini aku hadapi, menjadi hari yang tak terduga.
Oh ya, perkenalkan namaku Asih, umurku 32 tahun. Aku memiliki tinggi
tubuh 165 cm, dengan kulit kuning langsat, payudara yang indah dan berukuran cukup
besar. Orang bilang aku termasuk wanita yang beruntung, karena memiliki wajah
yang cantik, dan tubuh yang masih aduhai seksi di usiaku saat ini. Dari
pernikahanku terdahulu, aku belum dikaruniai anak.
Saat ini aku sedang pindahan ke rumah orangtuaku di suatu daerah sejuk di
Kota B. Hari sudah beranjak sore ketika aku selesai merapikan barang-barang
bawaanku. Kebetulan orangtuaku sedang pergi menghadiri resepsi pernikahan salah
satu keluarga di luar kota dengan ditemani sopir pribadi keluarga. Jadi mungkin
mereka akan menginap barang semalam di sana.
Kini aku hanya ditemani dengan tukang kebun dan pembantu saja. Pembantuku
namanya Bik Inah, orangnya ramah dan sudah berumur, mungkin sudah menginjak 60
tahun. Meskipun beliau bekerja di rumah orangtuaku, tapi beliau setiap
menjelang malam selalu pulang ke rumahnya yang terletak tak jauh dari rumah
orangtuaku ini.
Tinggalah kini aku hanya bersama dengan tukang kebun keluarga kami,
namanya Pak Mahfud. Orangnya sudah cukup berumur juga, mungkin sekitar 50 an
umurnya. Beliau dulu bekerja sebagai buruh tani ketika keluargaku masih
memiliki sawah, ketika sawahnya dijual
akhirnya beliau sekarang dipekerjakan sebagai tukang kebun. Beliau duda sudah 5
tahun, istrinya meninggal karena sakit, sedang kedua anaknya telah memiliki
keluarga sendiri di suatu provinsi. Walaupun umurnya yang sudah lumayan sepuh,
wajah beliau masih kelihatan segar, menampakkan sisa-sisa ketampanannya.
Rambutnya cepak, dan sudah beruban di sana-sini. Kumisnya yang tebal menambah
tegas aura kebapak-bapakannya, juga sudah banyak di selipi uban. Tubuhnya masih
sangat bagus, mungkin berkat kerja keras sebagai petani dulu. Kulitnya sawo
matang, dengan perut yang masih bagus, dan dada yang masih kekar dan kokoh
serta ditumbuhi bulu lebat yang berbaris hingga selangkangannya. Kadang aku
juga sering membayangkan hal-hal jorok ketika melihat beliau bekerja sambil
telanjang dada. Tubuhnya yang bagus membuatku berdesir membayangkan bersetubuh
dengannya, apalagi pentungan sakti yang tersembunyi di celananya yang selalu
membuat penasaran.
Saat itu kira-kira jam 8 malam, tiba-tiba listrik mati. Akupun kaget dan
ketakutan karena sedang menonton film horor di ruang tamu.
Aku panggili Pak Mahfud,
“Pak, Pak Mahfud, Bapak dimana? tolonggg bawakaan lampu senterrr!”
Teriakku dengan sedikit panik.
Beliau tidak segera menjawab, akhirnya aku beranikan diri melangkah ke
belakang, ke kamar beliau dengan bermodal nyala dari layar HP. Aku sangat
terkejut melihat kejadian di depanku. Pak Mahfud kelihatan tidak sadarkan diri
dengan tangan dan pinggang yang terikat dengan tali. Akupun segera mendekati
beliau, sambil terus bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi.
“Pak, pak, bangun pak,” aku goncang-goncang tubuhnya dengan panik.
Tiba-tiba dari belakang ada bayangan dan langsung memukulku dengan keras
dibagian tengkuk, akupun tidak ingat apa-apa setelah itu. Beberapa jam kemudian
setelah aku bangun aku baru sadar bahwa yang memukul dan membuat aku dan tukang
kebunku tak sadarkan diri adalah perampok. Kutaksir mungkin berjumlah dua orang,
dari pembicaraan yang masih sempat kudengar setelah mereka memukulku. Mereka
sengaja mematikan lampu untuk memuluskan aksinya. Akupun berharap mereka sudah
pergi sekarang, karena situasinya kurasakan sangat sepi, dan lampunya telah
kembali dinyalakan.
Arrrghh, sial aku mendapati tubuhku sekarang terikat berhadapan dengan
Pak Mahfud. Kami terikat dengan seutas tali dan tangan belakang kamipun
terikat. Bukan itu saja, para perampok itu rupanya mengikat tubuh Pak Mahfud ke
salah satu tiang rumah. Jadilah kami sekarang terikat dengan tubuh berdiri, tak
bisa berpindah kemanapun, meskipun kaki kami cukup bebas karena tidak terikat.
Aku segera membangunkan Pak Mahfud yang masih tidak sadarkan diri.
Sekilas aku merasakan geli di bagian payudaraku yang malam itu hanya mengenakan
daster tipis, tanpa memakai BH. Ternyata benar, kegelian itu disebabkan oleh
bulu-bulu dada Pak Mahfud yang membelukar tanpa tertutupi. Rupanya beliau saat
itu sedang telanjang dada, dan hanya mengenakan celana kolor.
Aduh, aku jadi serba salah, pikirku. Mau aku bangunkan tapi inilah saat
yang langka pikirku. Namun, pikiran jernihku masih bekerja. Akhirnya aku
membangunkan beliau. Namun usahaku dengan memanggil manggil namanya tak
berhasil, dengan mengguncang-guncang tubuhkupun tak membuahkan hasil.
Akhirnya aku putuskan cara yang sedikit berbeda. Aku putuskan untuk sedikit
memukul-mukulkan lututku agar mengenai benda yang berada di selangkangan
beliau. Cara ini akhirnya berhasil, akhirnya beliau lambat laun sadar. Mungkin
karena rasa nyeri di selangkangannya karena ku permainkan dengan lututku tadi.
“Haah, mbak asih kenapa kita terikat begini, apa yang terjadi..?”
tanyanya dengan raut kebingungan. Akhirnya aku jelaskan semuanya kepada beliau.
“Jadi Pak, apa yang harus kita lakukan sekarang? Mau ambil pisau untuk
memotong tapi tidak bisa, tangan terikat, kita pun tidak bisa berpindah
tempat..” Ucapku dengan setengah bingung.
“Anu mbak Asih, begini saja, Bapak punya ide..” Sambil matanya terus
memandangiku dengan tatapan berbinar.
“Wah, bagus, apa pak?, cepat pak, yang penting kita bisa lepas dari tali
ini”, Balasku dengan sedikit tergesa.
“Begini mbak, tali yang mengikat pinggang kita ini kan cuma satu tali,
artinya tidak diikatkan kemana-mana selain pinggang kita berdua..” aku
mengangguk pelan.
Beliau meneruskan, “jadi dengan sifat tali pramuka yang elastis ini kita
bisa melepaskan ikatannya...” “Caranya bagaimana Pak?” Sambungku dengan cepat.
“Begini, caranya adalah dengan menggerak-gerakkan tubuh kita, agar
ikatannya bisa sedikit longgar, dan talinya nanti lolos melewati pinggul,
akhirnya bisa jatuh ke bawah. Bapak rasa dengan cara itu kita bisa lolos..”
“Wah, bagus Pak, mari kita coba..” Akupun segera menggoyang goyangkan
tubuhku. Namun beliau langsung menyela. “Begini mbak asih, karena Bapak tidak
bisa bergerak dan terkunci di tiang ini. Jadi mbak Asih lah yang harus
mengoyangkan tubuh, ke atas dan ke bawah, hingga nantinya talinya sedikit demi
sedikit dapat turun ke bawah”.
“Hmm, baik Pak, akan saya lakukan.” Dengan daster yang pendek sampai di
atas lutut itupun aku semakin mudah menjejakkan kakiku ke lantai dan kemudian
melompat ke atas.
Setelah lumayan lama, “Hah, huh, hah, aku capek Pak”, ucapku pada Pak
Mahfud yang dari tadi hanya diam dan memperhatikanku dengan tatapan aneh.
“Isstirahat dulu Mbak, sudah agak renggang rasanya sekarang. Tubuh Bapak
sudah mulai bisa bergerak..” ucap beliau dengan sedikit kaget dengan ucapan
mendadakku tadi.
Aku jadi sadar, dengan tubuh yang berkeringat seperti ini membuat dasterku
menjadi agak basah dan memperlihatkan bagian tubuhku yang tercetak cukup jelas
dari luar. Apalagi dengan belahan dada rendah dengan keadaan daster yang sudah
acak-acakan karena gerakan melonjak-lonjakku, Pak Mahfud menjadi lebih leluasa
mengintip payudaraku, putingku pun tercetak dengan jelas, tegas menantang.
Pantas, pikirku, Pak Mahfud dari tadi hanya diam tak berkata dan
seringkali menelan air liur. Rupanya beliau memperhatikan payudaraku ini dari
tadi, huuh sialan, batinku. Aku tebak dengan hawa dingin yang mulai menyerang
dan situasi berdempetan seperti ini, Pak Mahfud pun mulai membayangkan yang
tidak-tidak. Akupun mulai lagi menaik turunkan tubuhku, agar bisa cepat cepat
keluar dari situasi yang kurang mengenakkan ini. Tiba-tiba aku berhenti, dan
merasakan sesuatu yang mengganjal dengan keras mengenai pahaku,
“Pak, bapak terangsang ya? Kok keras sekali di bawah sana?” Tanyaku
dengan sedikit menghardik beliau.. “Mmmaaf mbak Asih, mmaaf sekali, Bapak tak
kuat melihat aktivitas mbak asih yang naik turun, hingga membuat dada mbak
berguncang naik turun mengenai puting susu Bapak..”
“Tapi pak, sekarang kan kita sedang dalam saat yang tidak tepat, kita
harus segera melapaskan tali ini Pak..” sanggahku.
Benar saja ketika aku lihat, tubuhku sekarang begitu berkeringat, dan
basah pada bagian dada, menyebabkan payudaraku sangat jelas tercetak, dengan
puting susu yang begitu tegang. Memberikan ruang lebih lebar bagi Pak Mahfud
untuk mengintipnya dari belahan dadaku.
“Mohon maaf mbak, Bapak diluar kendali, Bapak rasa ini sifat alamiah bagi
seorang laki-laki normal seperti Bapak, ya meskipun sekarang Bapak sudah cukup
berumur..” penjelasan beliau yang kelihatan jujur dan masuk akal itupun
meredakan rasa dongkolku. Aku kembali berpikir bahwa beliau tidak salah, akulah
yang sebenarnya salah telah memancing birahinya dengan memakai pakaian seperti
ini, tidak pakai BH dan celana dalam lagi.
“Huuffffttt,” aku menghembuskan nafasku dengan sesak.
“Baiklah pak, tidak apa-apa, maafkan tadi sudah membentak Bapak.”
“Tidak apa-apa kok Mbak Asih, Bapak juga minta maaf tidak bisa menahan
diri.” Jawabnya dengan pandangan yang merunduk dan sesekali menoleh pada
belahan dadaku yang sudah keringetan ini. Tak ada pilihan lain, akupun harus
meneruskan gerakan naik turunku, agar tali sialan ini segera lepas. Ahirnya
talinya kini sedikit kendor, dan mungkin tidak beberapa lama lagi akan bisa
lepas, pikirku. Namun tiba-tiba..
Astaga, tanpa aku sadari ternyata celana kolor Pak Mahfud telah melorot
turun dan teronggok ke lantai. Mungkin karena terkena gerakan naik turunku tadi
sehingga membuat celana beliau menjadi melorot hingga terlepas. Dan sekarang
Pak Mahfud telah telanjang bulat di depanku.
Sempat kupandangi beliau yang juga tidak bisa berkata apapun kecuali
hanya merunduk malu. Kini aku dan Pak Mahfud hanya terdiam mengamati apa yang
sedang terjadi. Daster bawahku bagian depanpun tersingkap karena tertopang oleh
pangkal penis Pak Mahfud yang telah sangat menegang ke arah atas. Dan kini
kurasakan, karena tidak memakai celana dalam, mulut vaginaku sekarang telah
bersentuhan langsung dengan ujung penis Pak Mahfud yang sedikit menyeruak ke
dalam.
“Pakk..” bisikku lirih.
“Mbak Asih, maafkan bapak, jangan laporkan ini pada Bapak mbak Asih ya,
Bapak takut di pecat..” Ucapnya dengan khawatir..
“Bapak tidak sengaja dan tidak bermaksud melakukannya..” Tambahnya.
Aku pikir beliau juga telah sama-sama merasakan, bahwa gerakan naik turun
yang telah aku lakukan ternyata membuat penisnya kini menyentuh bibir
kemaluanku, dan dengan sekali sentak, kemungkinan besar akan membuatnya masuk
lebih dalam lagi..
“Pak, asih juga minta maaf, ini semua tidak sengaja, dan Asih tidak
mungkin lah melaporkan Bapak karena kejadian kecelakaan seperti ini”, hiburku
kepada beliau.
“Pakkk......” ucapku setengah berbisik..Bersambung...
lanjutannya mna
ReplyDeletelanjutannya mna
ReplyDelete
ReplyDeleteSelamat malam bossku semua...
Kamu Sering Kalah Main Judi?
Sudah Tidak Jaman Lagi Kalah Main Judi
Kami Hadir Dengan Inovasi Terbaru & Tercangih, Dengan Jackpot Yang Super Pasti & Gampang Untuk Menang Terus Di Setiap Hari .
Transaksi Cepat, Aman & Terpercaya.
Tersedia 7 Games Dalam 1 User ID :
New Game ------>> GAME SAKONG
Poker, Domino, Bandar Ceme, Capsa, Ceme Keliling, dan Live Poker
Minimal Deposit Rp.15.000,-
Minimal Withdraw Rp.15.000,-
Promo Bonus Harian + Mingguan + Bulanan :
- Bonus Deposit
- Bonus Turn Over Harian 0.5%
- Bonus Refferal 10% + 10%
Untuk Informasi Lebih Lanjut Segera Hubungi CS Kami 24 Jam : www,royalqq,poker
indonesia diserbu merek mobil china dan rusia
ReplyDeletepajero dan fortuner tergeser dari deretan suv favorit di giias 2018
honda hr v 2019 mulai diproduksi siap gebrak pasar eropa
ternyata daihatsu ayla belum 100 persen lokal
penjualan datsun cross anjlok datsun anggap wajar
rider indonesia siap arungi jakarta himalaya
santa fe milik hyundai laris manis di giias 2018
pesona xpander tak lekang oleh waktu
kapasitas produksi xpander bertambah pasar mitsubishi meluas
teknologi revolusioner terbaru pada mobil masa depan